Jumat, 04 Maret 2016
Senin, 12 Januari 2015
17. S I L U E T
Ada siluet indah di depan mataku
Yang menari di antara cahaya bulan purnama
Yang terus membayangi alam sadarku
Yang Membuatku terlena dalam dekapan malam
Bulan dengan sinarnya yang begitu indah
Berkilau pucuk daun meliuk dihembus angin sepoi
Terbaring tengadah di hamparan rumput
Memandang bulan berharap terlelap dibuai mimpi tentangmu
Di antara kedip bintang
Ku bicara sendiri sampaikan goresan ungkapan hati
Di mana engkau wahai kekasih hati
Rindu menari dalam nyanyian sunyi
Di saat siluet jelmaanmu menjauh
Kuratapi kehilangan yang membawa hati begitu perih
Karena kau adalah keindahan yang tercipta
Yang selalu meyinari kegelapan
Kau adalah ukiran maha karya sang pencipta
Tinggalah barang sejenak
Temani aku dalam kegelapan malam ini
Tapi kau tetap pergi dalam diam
tinggalkan sejengkal rasa sepi
Dalam alunan nyanyian sunyi yang kau bisikkan
10 Januari 2015
Ada siluet indah di depan mataku
Yang menari di antara cahaya bulan purnama
Yang terus membayangi alam sadarku
Yang Membuatku terlena dalam dekapan malam
Bulan dengan sinarnya yang begitu indah
Berkilau pucuk daun meliuk dihembus angin sepoi
Terbaring tengadah di hamparan rumput
Memandang bulan berharap terlelap dibuai mimpi tentangmu
Di antara kedip bintang
Ku bicara sendiri sampaikan goresan ungkapan hati
Di mana engkau wahai kekasih hati
Rindu menari dalam nyanyian sunyi
Di saat siluet jelmaanmu menjauh
Kuratapi kehilangan yang membawa hati begitu perih
Karena kau adalah keindahan yang tercipta
Yang selalu meyinari kegelapan
Kau adalah ukiran maha karya sang pencipta
Tinggalah barang sejenak
Temani aku dalam kegelapan malam ini
Tapi kau tetap pergi dalam diam
tinggalkan sejengkal rasa sepi
Dalam alunan nyanyian sunyi yang kau bisikkan
10 Januari 2015
Senin, 17 November 2014
12. EMBUN PAGI
Kan kuhapus air mata ini
Kan kuubah duka nestapaku
Karena kutahu, embun pagi kan jatuh tersapu bayu
Kisah sedihku bak embun meluncur turun
Embun, kini kau bukan milikku lagi
Walau rindu senyum lembutmu
Walau hatimu tak selalu untukku
Walau kau bukan milikku lagi
Ketika barisan senja tampak meredup
Bercerminlah purnama
Menadah air mata
Semburat warna pelangi dalam jelaga malam
Burung malam menelisik jejak
Yang dulu tertinggal ditimpa jelaga
Ketika ku sendirian terkurung rindu
Lalu, dimana kau waktu itu?
Raga dahagaku tak lagi terasa
Ribuan nanar membekapku pengap
Sengaja ku sendirian menunggu gelap
Lalu, di mana kau waktu itu?
Di mana kau waktu itu ……….
November 12, 2014
Kan kuhapus air mata ini
Kan kuubah duka nestapaku
Karena kutahu, embun pagi kan jatuh tersapu bayu
Kisah sedihku bak embun meluncur turun
Embun, kini kau bukan milikku lagi
Walau rindu senyum lembutmu
Walau hatimu tak selalu untukku
Walau kau bukan milikku lagi
Ketika barisan senja tampak meredup
Bercerminlah purnama
Menadah air mata
Semburat warna pelangi dalam jelaga malam
Burung malam menelisik jejak
Yang dulu tertinggal ditimpa jelaga
Ketika ku sendirian terkurung rindu
Lalu, dimana kau waktu itu?
Raga dahagaku tak lagi terasa
Ribuan nanar membekapku pengap
Sengaja ku sendirian menunggu gelap
Lalu, di mana kau waktu itu?
Di mana kau waktu itu ……….
November 12, 2014
Selasa, 23 September 2014
Sabtu, 06 September 2014
KERLINGAN SINAR PELANGI
Dalam keputusasaan ……
Seraut wajah menghantui malam-malamku
Desahmu bisa kucium di sudut malam
Ketika kukatakan pada awan hitam dan semilirnya angin
Bahwa aku,
Ingin rebah diharibaan lapang hatimu
Dan menangis di pangkuanmu
Telah kurangkai sederet sair cinta untukmu
Telah kurangkai pula berjuta kata indah untukmu
Kuberharap pinta maafku kan kau terima
Walau kusadar tangisku tak kan merubah perasaanmu
Malamku berangsur usai
Pagi menjelang tiba
Entah berapa hitungan lagi
Mentari kan hadir menyapa
Sekejap mataku nanar dikala bias menguntai birunya langit
Ketika cahaya memudar lantaran kabut tertiup
Bersamanya pula kerlingan sinar pelangi hilang ditelan awan
Lalu …….
Ketika langit berubah pekat
Kudengar suara parau bermakna dendam
Kulepas jiwaku dalam lembah nan suram
Padahal aku dalam jerat cinta buta yang tercampakkan.
1 September 2014
Dalam keputusasaan ……
Seraut wajah menghantui malam-malamku
Desahmu bisa kucium di sudut malam
Ketika kukatakan pada awan hitam dan semilirnya angin
Bahwa aku,
Ingin rebah diharibaan lapang hatimu
Dan menangis di pangkuanmu
Telah kurangkai sederet sair cinta untukmu
Telah kurangkai pula berjuta kata indah untukmu
Kuberharap pinta maafku kan kau terima
Walau kusadar tangisku tak kan merubah perasaanmu
Malamku berangsur usai
Pagi menjelang tiba
Entah berapa hitungan lagi
Mentari kan hadir menyapa
Sekejap mataku nanar dikala bias menguntai birunya langit
Ketika cahaya memudar lantaran kabut tertiup
Bersamanya pula kerlingan sinar pelangi hilang ditelan awan
Lalu …….
Ketika langit berubah pekat
Kudengar suara parau bermakna dendam
Kulepas jiwaku dalam lembah nan suram
Padahal aku dalam jerat cinta buta yang tercampakkan.
1 September 2014
KEABADIAN
Di antara cahaya kemulyaan sorga
Di antara do’a-do’a suci
Di antara pancaran Illahi yang tinggi
Ada bidadari yang hidup dalam keabadian
Yang bercanda di tepi telaga kebahagiaan
Aku menangis meratapi langit
Dengan do’a suci yang menyentuh awan jiwaku
Ya Rob …. Yang Maha Suci dan Maha Agung
Ambillah jiwaku kelak
Tempatkan aku di telaga sorga
Bersama bidadari ciptaanmu, bersama semua yang kukasihi
Di antara cahaya kemulyaan sorga
Di antara do’a-do’a suci
Di antara pancaran Illahi yang tinggi
Ada bidadari yang hidup dalam keabadian
Yang bercanda di tepi telaga kebahagiaan
Aku menangis meratapi langit
Dengan do’a suci yang menyentuh awan jiwaku
Ya Rob …. Yang Maha Suci dan Maha Agung
Ambillah jiwaku kelak
Tempatkan aku di telaga sorga
Bersama bidadari ciptaanmu, bersama semua yang kukasihi
Sabtu, 09 November 2013
Puisi - YATTI SADELI -
Dimuat di Harian Suara Karya Tgl 14 Juni 2014. FATAMORGANA
Di setiap heningku aku menunggu ......
Katakan kau rindu aku,
Katakan kau cinta aku ......
aku di semesta ini untukmu.
Lewat seribu kunang-kunang yang berkedip di malam gelap,
kutitipkan nafasku,
Sesak dadaku meratap
Tak kau rasakah?
Aku yang hampir sekarat menahan rasa yang terbelah.
Kini kau pergi kasih,
Menyisakan luka dalam dada.
Inikah keabadian cinta yang kau tawarkan dulu,
Inikah keindahan yang kau janjikan dulu ....
Di batas kehampaan, tak mungkin aku mengejar bayangmu
Hanya .....
Namamu telah kuukir di atas langit,
Dan kutanam di dalam bumi.
Telah kau kunci rapat pintu hatimu,
Hingga aku tak bisa melihat walau setitik debu.
Aku lelah berlari,
Aku tersesat di rimba raya.
Kau masih di sana, bukan?.
Aku ingin mampir ke pelukanmu tuk mengisi semangat lagi.
Sayangku .....
Aku dikejar suara.
Mengapa hidup tak mengizinkan kita berhenti sesaat tuk bersama?
Kau kah itu?,
Atau hanya fatamorganaku saja .....
Sayangku .....
Kekasih dambaan hatiku,
Lelaki penguasa hatiku,
Kau di rimba juga kan?
Akhir Nov 2013
Dimuat di Harian Suara Karya Tgl 14 Juni 2014. FATAMORGANA
Di setiap heningku aku menunggu ......
Katakan kau rindu aku,
Katakan kau cinta aku ......
aku di semesta ini untukmu.
Lewat seribu kunang-kunang yang berkedip di malam gelap,
kutitipkan nafasku,
Sesak dadaku meratap
Tak kau rasakah?
Aku yang hampir sekarat menahan rasa yang terbelah.
Kini kau pergi kasih,
Menyisakan luka dalam dada.
Inikah keabadian cinta yang kau tawarkan dulu,
Inikah keindahan yang kau janjikan dulu ....
Di batas kehampaan, tak mungkin aku mengejar bayangmu
Hanya .....
Namamu telah kuukir di atas langit,
Dan kutanam di dalam bumi.
Telah kau kunci rapat pintu hatimu,
Hingga aku tak bisa melihat walau setitik debu.
Aku lelah berlari,
Aku tersesat di rimba raya.
Kau masih di sana, bukan?.
Aku ingin mampir ke pelukanmu tuk mengisi semangat lagi.
Sayangku .....
Aku dikejar suara.
Mengapa hidup tak mengizinkan kita berhenti sesaat tuk bersama?
Kau kah itu?,
Atau hanya fatamorganaku saja .....
Sayangku .....
Kekasih dambaan hatiku,
Lelaki penguasa hatiku,
Kau di rimba juga kan?
Akhir Nov 2013
Langganan:
Postingan (Atom)